12/12/2012

IPS 1


MAKALAH
IPS 1
CUACA DAN IKLIM
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah IPS 1
dosen pengampu: Siti Maisaroh ,S.Pd M.Pd



Disusun oleh :
DWI HENI UNTARI                                     11144600041
ERNA FITRI SUSANTI                  11144600065
ERWAN PUJI RAHAYU                 11144600079

A2-11

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR DAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2012
CUACA DAN IKLIM
1.      Pengertian Cuaca dan Iklim
Cuaca adalah keadaan/kondisi udara atmosfer pada suatu tempat (relatif sempit) dan waktu yang singkat. Misalnya, keadaan cuaca erah, banyak terdaat awan, tekanan angin tinggi, panas, atau sejuk. Ilmu tentang cuaca disebut Meteorologi
Iklim (Climate) adalah Keadaan/kondisi rata-rata cuaca yang lazim pada suatu daerah tertentu (luas) dalam waktu cukup lama (30 th).  Ilmu tentang Iklim disebut  Klimatologi.
2.      Unsur-unsur Cuaca dan Iklim
Cuaca mempunyai unsur yang utama, yaitu suhu udara, tekanan udara, kelembapan udara, angin, da curah hujan.
a.       Suhu
Udara akan menjadi panas jika ada penynran matahari. Suhu di permukaan matahari tercatat  C. Karena jarak antara matahari dengan bumi sangat jauh maka kita masih dapat menikmati panas matahari itu tanpa ada akibat membahayakan.
Banyaknya panas matahari yang diterima permukaan bumi dipengaruhi oleh lamanya penyinaran matahari; kemiringan sinar matahari; keadaan permukaan bumi; jarak dan tempat dari laut; dan keadaan tanah.
1)      Lamanya Penyinaran Matahari
Makin lama matahari memancarkan sinarnya di suatu daerah, makin banyak panas yang diterima.
2)      Kemiringan Sinar Matahari
Jika datangnya matahari di suatu daerah lebih tegak maka di suatu daerah lebih tegak maka panas yang diterima daerah itu lebih banyak daripada kalau cahaya itu lebih miring.
3)      Keadaan Awan
Awan merupakan penghalang pancaran matahari. Besarnya kemampuan awan menyerap panas matahari .
Keadaan permukaan bumi adalah perbedaan warna batuan serta perbedaan sifat  darat dan laut. Batuan yang berwarna cerah lebih cepat mnerima panas dan lebih cepat pula melepaskan panas daripada batuan yang berwarna gelap. Permukaan daratan lebih cepat menerima dan melepaskan panas darpada permukaan lautan.
4)      Jarak Tempat dari Laut
Laut  dapat mempengaruhi suhu udara, baik udara di atas permukaan laut maupun di atas daratan. Pengaruh laut terhadap suhu udara menyebabkan amplitudo suhu udara semakin besar pada tempat yang semakin jauh dari laut.
Udara bersifat diaterman, artinya dapat melewatkan panas matahari. Sifat diaterman terdapat pada udara murni. Setelah panas matahari sampai ke permukaan bumi, kemudian digunakan untuk memanasi udara di sekitarnya. Udara dapat menjadi panas karena proses  konveksi, adveksi, turbulensi, dan konveksi.
a)      Konveksi adalah pemanasan secara vertikal. Persebaran panas ini terjadi akibat adanya gerakan udara secara vertikal sehingga udara di atas yang belum panas akan menjadi panas karena pengaruh udara di bawahnya yang sudah panas.
b)      Adveksi adalah persebaran panas secara horizontal. Persebaran ini terjadi sebagai akibat  gerakan panas secara horizontal dan menyebabkan udara di sekitarnya juga menjadi panas.
c)      Turbulensi adalah persebaran panas secara berputar-putar. Persebaran panas akan menyebabkan udara yang sudah panas bercampu r dengan udara yang belum panas.
d)     Konduksi adalah pemanasan secara kontak/bersinggungan. Pemanasan ini terjadi karena molekul-molekul udara yang dekat dengan permukaan bumi akan panas setelah bersinggungan dengan  bumi yang memilliki panas dari dalam. Molekul-molekul udara yang sudah panas bersinggungan dengan molekul-molekul udara yang belum panas sehingga menjadi sama-sama panas.
  1. Tekanan Udara
Lapisan udara pada permukaan bumi memberikan tekanan yang besar. Pada setiap bidang yang luasnya  berlaku tekanan udara lebih kurang 1 kg, tepatnya 1.033,3 gram. Tekanan itu berasal dari berat tiang udara yang beralas   dengan ketinggian kira-kira 10.000 km dari permukaan bumi sampai batas tertinggi lapisan atmosfer.
Udara mempunyai massa yang dapat menekan permukaan bumi. Tekanan ini disebut tekanan udara. Tekanan udara bervariasi, bergantung pada waktu dan tempat itu berada. Besarnya tekanan udara dinyatakan dengan milibar (mb). Alat untuk mengukur tekanan udara adalah barometer.
  1. Kelembaban Udara
Kelembaban udara ialah kandungan uap air di dalam udara. Uap air di udara berasal dari hasil penguapan air di permukaan bumi, air tanah, atau air yang ada pada tumbuh-tumbuhan. Kandungan uap air di udara berubah-ubah. Kemampuan udara memegang uap air juga berbeda. Jadi massa udara mempunyai batas maksimum dalam menampung sejumlah udara. Batas maksimum tersebut ditentukan oleh suhu udara seperti tergambar pada tabel berikut.
Jumlah Kandungan Uap Air pada Berbagai Ketinggian Suhu Udara
Suhu Udara (◦C)                           -20
-10
0
10
20
30
Jml Maksimum uap air (gram/) 1,1
2,4
4,9
9,4
17,3
30,4

Di udara terdapat uap air yang berasal dari penguapan samudra (sumber yang utama). Sumber lainnya berasal dari danau-danau, sungai-sungai, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Makin tinggi suhu udara, makin banyak uap air yang dapat dikandungnya. Hal ini berarti makin lembablah udara tersebut. Alat untuk mengukur kelembaban udara dinamakan hygrometer atau psychrometer. Ada dua macam kelembaban udara:
1)      Kelembaban udara absolut, ialah banyaknya uap air yang terdapat di udara pada suatu tempat. Dinyatakan dengan banyaknya gram uap air dalam 1 m³ udara.
2)      Kelembaban Nisbi, ialah angka bilangan % yang menunjukkan perbandinngan antara banyaknya uap air yang terkandung dalam udara pada suhu tertentu dapat dikandung udara pada suhu yang sama.
3)      Kelembaban udara relatif, ialah perbandingan jumlah uap air dalam udara (kelembaban absolut) dengan jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara tersebut dalam suhu yang sama dan dinyatakan dalam persen (%).
  1. Angin  adalah udara yang bergerak. Ada tiga hal penting yang menyangkut sifat angin yaitu:
• Kekuatan angin
• Arah angin
• Kecepatan angin

1)      Kekuatan Angin
Menurut hukum Stevenson, kekuatan angin berbanding lurus dengan gradient barometriknya. Gradient baromatrik ialah angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar pada tiap jarak 15 meridian (111 km).
2)      Arah Angin
Satuan yang digunakan untuk besaran arah angin biasanya adalah derajat. 1 derajat untuk angin arah dari Utara. 90 derajat untuk angin arah dari Timur. 180 derajat untuk angin arah dari Selatan.270 derajat untuk angin arah dari Barat. Angin menunjukkan dari mana datangnya angin dan bukan ke mana angin itu bergerak.
Menurut hukum Buys Ballot, udara bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi (maksimum) ke daerah bertekanan rendah (minimum), di belahan bumi utara berbelok ke kanan sedangkan di belahan bumi selatan berbelok ke kiri.
Arah angin dipengaruhi oleh tiga faktor:
1) Gradient barometrik
2) Rotasi bumi
3) Kekuatan yang menahan (rintangan)
Makin besar gradient barometrik, makin besar pula kekuatannya.
Angin yang besar kekuatannya makin sulit berbelok arah. Rotasi bumi, dengan bentuk bumi yang bulat, menyebabkan pembelokan arah angin. Pembelokan angin di ekuator sama dengan 0 (nol). Makin ke arah kutub pembelokannya makin besar. Pembelokan angin yang mencapai 90o sehingga sejajar dengan garis isobar disebut angin geotropik. Hal ini banyak terjadi di daerah beriklim sedang di atas samudra. Kekuatan yang menahan dapat membelokan arah angin. Sebagai contoh, pada saat melalui gunung, angin akan berbelok ke arah kiri, ke kanan atau ke atas.
3)      Kecepatan angin
Atmosfer ikut berotasi dengan bumi. Molekul-molekul udara mempunyai kecepatan gerak ke arah timur, sesuai dengan arah rotasi bumi. Kecepatan gerak tersebut disebut kecepatan linier. Bentuk bumi yng bulat ini menyebabkan kecepatan linier makin kecil jika makin dekat ke arah kutub.
Sistem Angin
1) Angin Passat
Angin passat adalah angin bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju ke daerah ekuator (khatulistiwa).
a) Angin Passat Timur Laut bertiup di belahan bumi Utara.
b) Angin Passat Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan.
Di sekitar khatulistiwa, kedua angin passat ini bertemu. Karena temperatur di daerah tropis selalu tinggi, maka massa udara tersebut dipaksa naik secara vertikal (konveksi). Daerah pertemuan kedua angin passat tersebut dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT). DKAT ditandai dengan temperatur yang selalu tinggi. Akibat kenaikan massa udara ini, wilayah DKAT terbebas dari adanya angin topan. Akibatnya daerah ini dinamakan daerah doldrum (wilayah tenang).
2) Angin Anti Passat
Udara di atas daerah ekuator yang mengalir ke daerah kutub dan turun di daerah maksimum subtropik merupakan angin Anti Passat. Di belahan bumi Utara disebut Angin Anti Passat Barat Daya dan di belahan bumi Selatan disebut Angin Anti Passat Barat Laut. Pada daerah sekitar lintang 20o - 30o LU dan LS, angin anti passat kembali turun secara vertikal sebagai angin yang kering. Angin kering ini menyerap uap air di udara dan permukaan daratan. Akibatnya, terbentuk gurun di muka bumi, misalnya gurun di Saudi Arabia, Gurun Sahara (Afrika), dan gurun di Australia. 
Di daerah Subtropik (30o – 40o LU/LS) terdapat daerah “teduh subtropik” yang udaranya tenang, turun dari atas, dan tidak ada angin. Sedangkan di daerah ekuator antara 10o LU – 10o LS terdapat juga daerah tenang yang disebut daerah “teduh ekuator” atau “daerah doldrum”
3) Angin Barat
Sebagian udara yang berasal dari daerah maksimum subtropis Utara dan Selatan mengalir ke daerah sedang Utara dan daerah sedang Selatan sebagai angin Barat. Pengaruh angin Barat di belahan bumi Utara tidak begitu terasa karena hambatan dari benua. Di belahan bumi Selatan pengaruh angin Barat ini sangat besar, tertama pada daerah lintang 60o LS. Di sini bertiup angin Barat yang sangat kencang yang oleh pelaut-pelaut disebut roaring forties.
4) Angin Timur
Di daerah Kutub Utara dan Kutub Selatan bumi terdapat daerah dengan tekanan udara maksimum. Dari daerah ini mengalirlah angin ke daerah minimum subpolar (60o LU/LS). Angin ini disebut angin Timur. Angin timur ini bersifat dingin karena berasal dari daerah kutub.
5) Angin Muson (Monsun)
Angin muson ialah angin yang berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun. Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah.
Angin Lokal
Angin lokal terjadi akibat tekanan udara di dua daerah yang berdekatan. Di pantai bertiup angin darat dan angin laut. Di daerah bergunung-gunung bertiup angin lembah, angin gunung, dan angin turun yang kering. Di daerah yang lebih luas, antara Asia dengan Australia bertiup angin musim.


Di samping angin musim, di Indonesia juga terdapat angin lokal (setempat)  yaitu sebagai berikut:
1.      Angin darat dan angin laut 
Angin ini terjadi di daerah pantai. Pada siang hari daratan lebih cepat  menerima panas dibandingkan dengan lautan. Angin bertiup dari laut  ke darat, disebut angin laut. Sebaliknya, pada malam hari daratan  lebih cepat melepaskan panas dibandingkan dengan lautan. Daratan  bertekanan maksimum dan lautan bertekanan minimum. Angin bertiup dari darat ke laut, disebut angin darat.
2.      Angin lembah dan angin gunung
Pada siang hari udara yang seolah-olah terkurung pada dasar lembah lebih cepat panas dibandingkan dengan udara di puncak gunung yang lebih terbuka (bebas), maka udara mengalir dari lembah ke puncak gunung menjadi angin lembah. Sebaliknya pada malam hari udara mengalir dari gunung ke lembah menjadi angin gunung.
3.      Angin Jatuh yang sifatnya kering dan panas
Angin jatuh atau Fohn ialah angin jatuh bersifatnya kering dan panas  terdapat   di   lereng  pegunungan   Alpine.   Sejenis   angin   ini   banyak  terdapat   di   Indonesia   dengan   nama  angin   Bahorok   (Deli),   angin  Kumbang (Cirebon), angin Gending di Pasuruan (Jawa Timur), dan  Angin Brubu di Sulawesi Selatan).
Kelembaban Udara
Di udara terdapat uap air yang berasal dari penguapan samudra (sumber yang   utama).   Sumber   lainnya   berasal   dari   danau-danau,   sungai-sungai, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Makin tinggi suhu udara, makin banyak uap air yang dapat dikandungnya. Hal ini berarti makin lembablah udara tersebut. Alat untuk mengukur kelembaban udara dinamakan  hygrometer atau psychrometer.

Ada dua macam kelembaban udara: 
1.      Kelembaban udara absolut, ialah banyaknya uap air yang terdapat di  udara pada suatu tempat. Dinyatakan dengan banyaknya gram uap air dalam 1 m³ udara.
2.      Kelembaban udara relatif, ialah perbandingan jumlah uap air dalam udara (kelembaban   absolut)   dengan   jumlah   uap   air   maksimum   yang   dapat dikandung oleh udara tersebut dalam suhu yang sama dan dinyatakan dalam persen (%).
Curah Hujan
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut  Rain  gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
·         bentuk medan/topografi
·         arah lereng medan
·         arah angin yang sejajar dengan garis pantai
·         jarak perjalanan angin di atas medan datar
Hujan ialah peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan   dari   atmosfer   ke   permukaan   bumi.   Garis   pada   peta   yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai curah hujan yang sama disebut Isohyet.
Klasifikasi hujan
a.       Berdasarkan ukuran butirannya ,hujan dibedakan menjadi:
            1)  hujan gerimis/drizzle, diameter butir-butirannya kurang dari 0,5 mm;
            2)  hujan salju/snow, terdiri dari kristal-kristal es yang temperatur udaranya
                berada di bawah titik beku;
            3)  hujan batu es, merupakan curahan batu es yang turun di dalam cuaca
                panas dari awan yang temperaturnya di bawah titik beku; dan
            4)  hujan   deras/rain,   yaitu   curahan   air   yang   turun   dari   awan   yang
                temperaturnya di atas titik beku dan diameter butirannya kurang lebih
                7 mm.
b.      Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan atas:
1)      Hujan Frontal
Hujan frontal adalah hujan yang terjadi di daerah front, yang      disebabkan oleh pertemuan dua massa udara  yang  berbeda                                       temperaturnya. Massa udara panas/lembab bertemu   dengan  massa udara panas           massa udara dingin  udara dingin/padat sehingga berkondensasi dan   terjadilah   hujan. 
2)      Hujan Zenithal/ Ekuatorial/ Konveksi/ Naik Tropis
Jenis   hujan   ini   terjadi   karena   udara   naik   disebabkan   adanya pemanasan tinggi. Terdapat di daerah tropis antara 23,5o LU - 23,5o LS.   Oleh   karena   itu   disebut   juga   hujan   naik   tropis.   Arus   konveksi menyebabkan uap air di ekuator naik secara vertikal sebagai akibat pemanasan air laut terus menerus. Terjadilah kondensasi dan turun hujan. Itulah sebabnya jenis hujan ini dinamakan juga hujan ekuatorial atau      hujan     konveksi. Disebut juga hujan zenithal karena   pada   umumnya hujan   terjadi   pada   waktu matahari       melalui    zenit daerah itu.
.            Awan
    Awan ialah kumpulan titik-titik air/kristal es di dalam udara yang terjadi karena
    adanya kondensasi/sublimasi dari uap air yang terdapat dalam udara. Awan
    yang menempel di permukaan bumi disebut kabut.
    a.  Menurut morfologinya (bentuknya)
        Berdasatkan morfologinya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
         1)  Awan   Commulus  yaitu   awan   yang   bentuknya   bergumpal-gumpal
            (bunar-bundar) dan dasarnya horizontal.
        2)  Awan Stratus yaitu awan yang tipis dan tersebar luas sehingga dapat
            menutupi langit secara merata. Dalam arti khusus awan stratus adalah
            awan yang rendah dan luas.
        3)  Awan Cirrus yaitu awan yang berdiri sendiri yang halus dan berserat,
            berbentuk seperti bulu burung. Sering terdapat kristal es tapi tidak
            dapat menimbulkan hujan.
    b.  Berdasarkan ketinggiannya
        Berdasarkan ketinggiannya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1)      Awan tinggi (lebih dari 6000 m – 9000 m),
karena tingginya selalu terdiri dari kristal-kristal es.
a)    Cirrus (Ci)                               :  awan tipis seperti bulu burung.
b)    Cirro stratus (Ci-St)                            :  awan putih merata seperti tabir.
c)    Cirro Cumulus (Ci-Cu)           :  seperti sisik ikan.
2)      Awan sedang (2000 m – 6000 m)
a)      Alto Comulus (A-Cu)             :  awan bergumpal gumpal tebal.
b)      Alto Stratus (A- St)                :  awan berlapis-lapis tebal.
3)      Awan rendah (di bawah 200 m)
a)    Strato Comulus (St-Cu)          :  awan yang tebal luas dan bergumpal-gumpal.
b)      Stratus (St)                              :  awan merata rendah dan berlapis-lapis.
c)      Nimbo Stratus (No-St)            :  lapisan awan yang luas, sebagian telah merupakan hujan.
4)      Awan yang terjadi karena udara naik, terdapat pada ketinggian 500 m–1500 m
a)    Cummulus (Cu)                       :  awan   bergumpal-gumpal,   dasarnya rata.
b)    Comulo Nimbus (Cu-Ni)        :  awan yang bergumpal gumpal luas dan sebagian telah merupakan hujan, sering terjadi angin ribut.
MACAM-MACAM IKLIM
Terjadinya iklim yang bermacam-macam di muka bumi, disebabkan karena rotasi
     dan revolusi bumi dan adanya perbedaan garis lintang. Beberapa macam iklim
     antara lain:
     1.   Iklim Matahari
          Klasifikasi iklim matahari, didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari
          yang diterima oleh permukaan bumi.
          Pembagian daerah iklimnya adalah (lihat gambar 12):
          a.  Daerah iklim tropis               :     0o   –    23,5o   LU/LS
          b.   Daerah iklim sub tropis          : 23,5o    –      40o   LU/LS
          c.  Daerah iklim sedang              :     40o   –    66,5o   LU/LS
          d.  Daerah iklim dingin              :  66,5o    –      90o   LU/LS
 Iklim Koppen
         Iklim ini paling banyak dipergunakan orang. Klasifikasinya berdasarkan curah
         hujan dan temperatur. Koppen membagi iklim dalam 5 daerah iklim, dinyatakan
        dengan simbol huruf.
        a.   Iklim A (Iklim Hujan Tropis)
             Temperatur bulan terdingin tidak kurang dari 18oC, curah hujan tahunan
             tinggi, rata rata lebih dari 70 cm/tahun. Tumbuhan beraneka ragam.
         b.  Iklim B (Iklim Kering/Gurun)
             Terdapat di daerah gurun atau semiarid (steppa), curah hujan terendah 25,5 mm/tahun.
        c.   Iklim C (Iklim Sedang)
Temperatur bulan terdingin 18 C sampai –3 C.
        d.   Iklim D (Iklim Salju atau Mikrothermal)
Suhu rata-rata bulan terpanas lebih dari 10 C, sedangkan suhu rata rata
             bulan terdingin – 3oC.
        e.   Iklim E atau iklim Kutub
Terdapat di diderah Arctic dan Antartika. Suhu tidak pernah lebih dari 10 C. Tidak mempunyai musim panas yang benar-benar panas.
Pembagian Iklim Menurut SCHMIDT - FERGUSON
Schmidt-Ferguson mengklasifikasikan Iklim dengan cara membandingkan rata-rata curah hujan bulan kering  dengan jumlah rata-rata bulan basah.

          Rata-rata Jumlah curah hujan bulan kering
Q =                                                                                          x 100%
          Rata-rata jumlah curah hujan bulan basah
Kriteria golongan iklim antara lain:
Golongan iklim  A        0  ≤ Q ≤ 0,143, sangat basah;
Golongan iklim  B  0,143  ≤ Q ≤ 0,333, basah
Golongan iklim C  0,333   ≤ Q ≤ 0,600, agak basah
Golongan iklim D  0,600   ≤ Q ≤ 1,000, sedang
Golongan iklim E 1,000    ≤ Q ≤ 1,670 agak kering
Golongan iklim F 1,670    ≤ Q ≤ 3,000 kering
Golongan iklim G 3,000   ≤ Q ≤ 7,000 sangat kering
Golongan iklim H 7,000   ≤ Q luar biasa keringnya

Pembagian Iklim Menurut E.J.C Mohr
            Seorang ahli ilmu tanah bangsa Belanda yang bernama B.J.C Mohr, memebedakan iklim di Indonesia yang didasarkan atas jumlah bulan-bulan basah dan jumlah bulan-bulan kering.
Mohr, membedakan iklim sebagai berikut :
Bulan basah jika tiap bulan rata-rata curah hujan sebanyak 100 mm ke atas
Bulan sedang jika bulan rata-rata curah hujan antara  60mm-100 mm
Bulan kering jika tiap bulan rata-rata curah hujan kurang dari 60mm





Daerah  Kelembaban
Karakteristik Vegetasi
Indeks P/E
  1. Basah
  2. Humid
  3. Subhumid
  4. Semiarid
  5. Arid
Hutan hujan
Hutan
Padang rumput
Stepa
Gurun
128 dan lebih
64-127
32-63
16-31
Di bawah 16

Pembagian Iklim menurut Oldeman , lebih menitikberatkan pada banyaknya bulan basah dan bulan kering secara berturut-turut yang dikaitkan dengan sistem pertanian untuk daerah-daerah tertentu. Bulan basah yang digunakan Oldeman adalah sebagai berikut :
Bulan basah apabila curah hujan lebih dari 200mm
Bulan lembap apabila curah hujannya 100 mm- 200mm
Bulan kering apabila curah hujan kurang dari 100mm
Oldeman membagi iklim menjadi lima tipe yaitu,
Iklim A  adalah iklim yang memiliki bulan basah dari 9 kali berturut-turut.
Iklim B adalah iklim yang memiliki bulan basah 7-9 kali berturut-turut.
Iklim C adalah iklim yang memiliki bulan basah 5-6 kali berturut-turut.
Iklim D adalah iklim yang memiliki bulan basah 3-4 kali berturut-turut.
Iklim E adalah iklim yang memiliki bulan basah < 3 kali berturut-turut
Dampak ketinggian tempat terhadap jenis-jenis vegetasi
Seorang ahli tumbuh-tumbuhan bangsa Jerman bernama J.W. Junghuhn menyelidiki tumbuh-tumbuhan di Indonesia. Ia membagi kelompok tumbuhan berdasarkan tinggi rendahnya daerah.
Daerah panas (0-700 meter). Daerah ini cocok untuk tanaman perkebunan seperti tebu, kelapa, cokelat, karet, dan tembakau. Tumbuhan alami yang cocok untuk daerah ini adalah bambu.
Daerah sedang (700-1500 meter). Daerah ini cocok untuk tanaman perkebunan, seperti pinang, kopi, teh, dan kina. Tumbuhan alami yang cocok di daerah ini adalah enau.
Daerah dingin (1500-2500 meter). Daerah ini cocok untuk tumbuhan alam jenis cemara
Daerah sangat dingin (2500-3500 meter). Daerah ini cocok untuk hutan hutan alpin dan rumput-rumput kecil.
Daerah salju (3500-lebih). Di daerah ini hampir tidak terdapat tumbuh-tumbuhan karena diliputi salju, misalnnya di puncak pegunungan tinggi di Papua.
Pengaruh bentang lahan dan tanah terhadap jenis-jenis vegetasi
            Pengaruh bentang lahan dan tanah terhadap jenis-jenis vegetasi, antara lain sebagai berikut :
Pada bentang lahan dengan tanah subur terutama tanah vulkanis terdapat hutan lebat dengan beraneka macam tumbuh-tumbuhan. Hutan semacam ini disebut hutan heterogen (hutan campuran).
Pada bentang lahan daerah tanah tandus terdapat tumbuhan hutan rumput dan sejenis alang-alang.
Pada bentang lahan daerah pantai berawa-rawa dan bertanah lumpur terdapat tumbuhan hutan mangrove atau hutan bakau dan hutan nipah.

Gejala La Nina dan El Nino
Keadaan yang menyebabkan kekeringan pada rentang waktu lama disebut El Nino
Keadaan yang menyebabkan hujan lebat pada rentang waktu yang lama disebut La Nina
La Nina
            Peristiwa ini terjadi, ketika angin pasat berembus dengan keras dan terus-menerus  melintasi Samudra Pasifik ke arah Australia. Akibatnya, makin banyak awan yang terkonsentrasi dalam keadaan seperti ini menyebabkan turunyna  hujan lebih banyak di Australia, di Pasifik sebelah barat, dan di Indonesia. Di daerah tersebut terjadi hujan             
El Nino
Sebab terjadinya El Nino adalah adanya perubahan pada pola musim di atas Samudra Pasifik. Samudra Pasifik berisi air dingin di bawahnya dan air hangat yanng berbolak-balik di atasnya. Selama tahun-tahun biasa, angin pasat timur dari timur ke barat dengan kuat mendoronng air hangat menjauh dari pantai Amerika Selatan. Peristiwa ini menyebabkan air yang lebih dingin dan kaya zat hara naik dengan membawa makanan bai banyak ikan.
            Bahaya El Nino datang menggangu setiap dua tahun sampai tujuh tahun sekali. Terjadinya peristiwa El Nino sekitar akhir bulan Desember.deras yang mengakibatkan banjir dan air pasang. Peristiwa ini di sebut La Nina 






KESIMPULAN
  1. Cuaca adalah keadaan udara pada suatu saat dan daerah yang sempit, sedangkan iklim adalah keadaan cuaca rata-rata pada daerah yang luas dan dalam waktu yang lama.
  2. Unsur cuaca adalah suhu, tekanan udatra, angin, kelembaban udara, curah hujan dan awan.
  3. Ada dua cara pemanasan udara, yaitu pemasan langsung dan pemanasan tidak langsung.
  4.  Iklim di dunia dapat diklasifikasikan menjadi iklim matahari (berdasarkan letak lintang), iklim Kodrat (berdasarkan isotherm), dan iklim Koppen, Iklim Schmidt-Ferguson, Iklim Oldeman (berdasarkan curah hujan) serta Iklim Junghuhn(berdasarkan ketinggian tempat).
  5. Pola curah hujan di Indonesia, bagian timur curah hujan lebih kecil/sedikit dibandingkan dengan di bagian barat.
  6.  Gejala alam yang mepengaruhi iklim antara lain, efek rumah kaca, EL Nino dan La Nina.



















DAFTAR PUSTAKA

Bambang Nianto Mulyo, M.Ed, Purwadi Suhandini, M.Si, Kurikulum 2004,
Geografi 1, Solo: Tiga Serangkai.
Bayong Tjasyono, Dr, Klimatologi Umum, Bandung: FMIPA - ITB, 1999.
Daniel Murdiyarso, Konvesi Perubahan Iklim, Jakarta: Kompas, 2003.
Philip D. Thompson, Robert O’Brien, Weather, USA: Time Life Book Inc, 1983.
Tim Geografi SMU DKI, Kurikulum 1994 Suplement GBPP 1999, Geografi
SMU Jilid 1, Jakarta: Erlangga.
Totok Gunawan, Dr, dkk, Kurikulum 2004, Fakta dan Konsep Geografi 1,
Bandung: Ganeca Exact

Tidak ada komentar:

Posting Komentar